Ilmu pengetahuan dalam dunia Islam dimulai
sejak diutusnya Rasulullah untuk menyampaikan risalah dan ajaran Islam kepada
umat manusia. Seiring berjalannya waktu, para sahabat dan tabi’in mulai muncul
dan dikenal masyarakat luas karena keilmuannya. Terlebih lagi ketika munculnya
dinasti Umayyah dan Abbasiyah begitu pesatnya ilmu pengetahuan yang
berkembangsaat itu, hingga banyak sekali ilmuan dan tokoh muslim yang
menghasilkan produk-produk pemikiran yang brilian.Berikut ini akan dijabarkan
secara singkat perkembangan ilmu pengetahuan sejak diutusnya Rasulullah sebagai
sang penyampai risalah, hingga dinasti Abbasiyah yang telah menelurkan begitu
banyak pemikir dan ilmuan muslim.
Pada masa Rasulullah, ilmu pengetahuan lebih banyak berkembang
dibidang ilmu-ilmu pokok tentang agama (ushuluddin), dan ilmu akhlak (moral).
Akan tetapi ilmu – ilmu lainnya tetap berkembang walaupun tidak sepesat ilmu
agama dan akhlak. Saat itu pun mulai terjadi proses pengkajianilmu yang lebih
sistematis, diantaranya dasar-dasar ilmu tafsir yang dikembangkan oleh para
sahabat Rasulullah. Jika kita flashback pada waktu sebelum Islam diturunkan,
bangsa Arab dikenal dengan sebutan kaum jahiliyah. Hal ini disebabkan karena
bangsa Arab sedikit sekali mengenal ilmu pengetahuan dan kepandaian yang lain.
Keistimewaan mereka hanyalah ketinggian dalam bidang syair-syair jahili
yang disebarkan secara hafalan (Bernard Lewis, 1996: 25 dalam Muh. Asroruddin A. J (2009)). Dengan kenyataan itu, maka
diutuslah nabi Muhammad SAW dengan tujuan untuk memperbaiki akhlak, baik akhlak
untuk berhubungan dengan Tuhan maupun dengan sesama manusia. Demikian pula
dalam masalah ilmu pengetahuan, perhatian Rasul sangat besar. Rasulullah SAW
memberi contoh revolusioner bagaimana seharusnya mengembangkan ilmu. Diantara
gerakan yang dilakukan Rasulullah SAW adalah
dengan menggiatkan budaya membaca,
yang merupakan pencanangan dan pemberantasan buta huruf, suatu tindakan awal
yang membebaskan manusia dari ketidaktahuan. Membaca merupakan pintu bagi
pengembangan ilmu.Rasulullah SAW juga memerintahkan kepada para sahabatnya
untuk menghafal ayat-ayat al-Qur’an. Dengan cara ini dapat menjaga kemurniandan
juga media memahami ayat-ayat al-Qur’an. Disamping dengan hafalan, juga membuat
tradisi menulis/ mencatat wahyu pada kulit, tulang, pelepahkurma dan
lain-lain.(Sunanto, 2003:14-16 dalam Muh. Asroruddin A. J (2009)) Dengan
bimbingan Nabi Muhammad SAW, telah mendorong semangat belajar membaca, menulis
dan menghafal sehingga umat Islam menjadi umat yang memasyarakatkan kepandaian
tulis-baca. Dengan semangat itulah, maka terbangun jiwa umat Islam untuk tidak
hanya beriman tetapi juga berilmu, sehingga nantinya lahir sarjana-sarjana
Islam yang ahli dibidangnya masing-masing. Dengan demikian dapat dimengerti ,
salah satu aspek dari peradaban adalah mengembangkan ilmu pengetahuan. Kalau
pada masa Nabi danKhulafau ar-Rasyidin perhatian terpusat pada usaha untuk
memahami Al-Qur’an dan Hadits Nabi, untuk memperdalam pengajaran akidah,
akhlak,ibadah, mu’amalah dan kisah-kisah dalam Al-Qur’an, maka perhatian
sesudah itu disesuaikan dengan kebutuahn zaman, tertuju pada ilmu-ilmu yang
diperoleh dari bangsa-bangsa sebelum munculnya Islam.(Sunanto,2003:38
dalam Muh. Asroruddin A. J (2009)) Peradaban Islam memiliki tiga
pengertian yang berbeda. Pertama, kemajuan dan tingkat kecerdasan akal
yang dihasilkan dalam suatu periode kekuasaan Islam, mulai dari periode Nabi
Muhammad Saw. sampai perkembangan peradaban Islam masa setelahnya. Kedua,
hasil-hasil yang dicapai oleh umat Islam dalam lapangan kesusasteraan, ilmu
pengetahuandan kesenian. Ketiga, kemajuan politik atau kekuasaan Islam
yang berperan melindungi pandangan hidup Islam, terutama dalam hubungannya
dengan ibadah-ibadah, penggunaan bahasa, dan kebiasaan hidup kemasyarakatan.
(Munthoha, 1998:14 dalam Muh. Asroruddin A. J (2009)) Pertumbuhan ilmu
pengetahuan telah terjadi sejak Rasulullah mendakwahkan agama islam, wahyu
pertamanya yaitu surat Al – alaq ayat 1-5 bercerita tentang dasar – dasar ilmu
pengetahuan, didalam wahyu tersebut terdapat perintah untuk membaca, Allah pun
menegaskan bahwa hakikat ilmu datangnya dari Allah dan awalnya manusia tidak
mengetahui apa – apa. Kata Iqra’ pada ayat ke-1 surat Al- alaq memiliki makna
yang beragam, seperti menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri
sesuatu,membaca baik teks maupun bukan teks.
Selanjutnya pada zaman khulafaurrasyidin, pada masa ini sering disebut dengan masa
klasik awal (650 – 690 M). Pada masa klasik awal ini,merupakan peletakan
dasar-dasar peradaban Islam yang berjalan selama 40 tahun. Seperti yang telah
dijelaskan diawal, bahwa diantara kemajuan yang dicapai dibidang ilmu
pengetahuan dan sains pada masa ini adalah terpusat pada usaha untuk memahami
Al-Qur’an dan Hadits Nabi, untuk memperdalam pengajaran akidah, akhlak, ibadah,
mu’amalah dan kisah-kisah dalam Al-Qur’an. Akan tetapi yang perlu dicatat
bahwa, pada masa initelah ditanamkan budaya tulis dan baca. Dengan budaya baca
tulis maka lahirlah orang pandai dari para sahabat rasul, diantaranya Umar bin
Khatabyang mempunyai keahlian dibidang hukum dan jenius pada ilmu pemerintahan,
Ali bin Abi Thalib yang mempunyai keahlian dibidanghukum dan tafsir.Diantara
ahli tafsir dimasa itu adalah khalifah yang empat (AbuBakar, Umar, Utsman dan
Ali), Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas, Ubay IbnuKa’ab, Zaid Ibnu Tsabit, Abu Musa
Al-’Asy’ari dan Abdullah bin Zubair.Dan dari kalangan khalifah empat yang
paling banyak dikenal riwayatnyatentang tafsir adalah Ali bin Abi Thalib
r.a.Ibnu Abbas adalah anak paman Rasulullah SAW, sekaligus muriddari Rasulullah.
Ia dikenal sebagai ahli bahasa/penterjemah Al-Qur’an. Dia adalah sahabat yang
paling pandai/tahu tentang tafsir Al-Qur’an. Diamempunyai biografi yang
menunjukkan kebolehan ilmunya dan kedudukannya yang tinggi dalam hal penggalian
secara mendalam tentang rahasia-rahasia Al-Qur’an.
B. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Pada Masa Daulah
Bani Umayyah
Bani Umayyah atau Kekhalifahan Umayyah, adalah
kekhalifahan Islam pertama setelah masa Khulafaur Rasyidin yang memerintah dari
661 sampai 750 diJazirah Arab dan sekitarnya; serta dari 756 sampai 1031
diKordoba ,Spanyol. Nama dinasti ini diambil dari nama tokoh Umayyah bin 'Abd
asy-Syams, kakek buyut dari khalifah pertama Bani Umayyah, yaitu Muawiyah I.
Masa ini sebagai masa perkembangan peradaban Islam, yang meliputi tiga benua
yaitu, Asia, Afrika, dan Eropa. Masa ini berlangsung selama 90 tahun (661 – 750
M) dan berpusat di Damaskus. Pada masa ini perhatian pemerintah terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan sangat besar. Penyusunan ilmu pengetahuan lebih
sistematis dan dilakukan pembidangan ilmu pengetahuan (Sunanto,2003 : 42
dalam Muh. Asroruddin A. J (2009)) sebagai
berikut;
1. Ilmu
pengetahuan bidang agama yaitu, segala ilmu yang bersumber dari Al-Qur’an dan
Hadits.
2. Ilmu
pengetahuan bidang sejarah yaitu, segala ilmu yang membahas tentang perjalanan
hidup, kisah dan riwayat.
3. Ilmu
pengetahuan bidang bahasa yaitu, segala ilmu yang mempelajari bahasa, nahwu,
sharaf dan lain-lain.
4. Ilmu
pengetahuan bidang filsafat yaitu, segala ilmu yang pada umumnya berasal dari
bangsa asing, seperti ilmu mantiq,kedokteran, kimia, astronomi, ilmu hitung dan
ilmu lain yang berhubungan dengan ilmu itu.
Penggolongan ilmu tersebut dimaksudkan untuk
mengklasifikasikan ilmu sesuai dengan karakteristiknya, kesemuanya saling
bahu-membahu satu dengan yang lainnya, karena satu ilmu tidak bisa berdiri
sendiri. Sehingga ilmu pengetahuan sudah menjadi satu keahlian, masuk kedalam
bidang pemahaman dan pemikiran yang memerlukan sitematika dan penyusunan. Akan
tetapi, golongan yang sudah biasa dengan keahlian ini adalah golongan non-Arab
yang disebut Mawali. Sedangkan bangsa Arab
disibukkan dalam pimpinan pemerintahan. Maka dapat kita ketahui tokoh-tokoh
ilmu nahwu seperti Sibawaihi, Al-Farisy dan Al-Zujaj yang kesemuanya mawali.
Demikian juga tokoh Hadits, seperti Al-Zuhry, AbuZubair Muhammad bin Muslim bin
Idris, Bukhary dan Muslim.(Supriyadi,2008 :109 dalam Muh. Asroruddin A. J
(2009)) Hal itu dapat dikatakan bahwa peradaban Islam pada masa itusudah
bersifat internasional. Penduduknya meliputi puluhan bangsa,menganut
bermacam-macam agama, yang kesemuanya disatukan dengan bahasa Arab.
C. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Pada Masa Daulah
Bani Abbasiyah
Bani Abbasiyah atau Kekhalifahan Abbasiyah
adalah kekhalifahan kedua Islam yang berkuasa diBagdad (sekarang ibu kotaIrak
). Kekhalifahan ini berkembang pesat dan menjadikan dunia Islam sebagai pusat
pengetahuan dengan menerjemahkan dan melanjutkan tradisi keilmuan Yunani dan
Persia. Kekhalifahan ini naik kekuasaan setelah mengalahkan Bani Umayyah dari
semua kecuali Andalusia. Bani Abbasiyah dibentuk oleh keturunan dari
paman Nabi Muhammad yang termuda,Abbas. Berkuasa mulai tahun 750 dan
memindahkan ibukota dari Damaskus ke Baghdad. Berkembang selama dua abad,
tetapi pelan-pelan meredup setelah naiknya bangsa tentara-tentara Turkiyang
mereka bentuk,Mamluk . Selama 150 tahun mengambil kekuasaan memintas Iran,
kekhalifahan dipaksa untuk menyerahkan kekuasaan kepada dinasti-dinasti
setempat, yang sering disebut amir atau sultan. Menyerahkan Andalusia kepada
keturunan Umayyah yang melarikan diri, Maghreb dan Ifriqiya kepada Aghlabid dan
Fatimiyah. Kejatuhan totalnya pada tahun 1258 disebabkan serangan bangsa Mongol
yang dipimpin Hulagu Khanyang menghancurkan Bagdad dan tak menyisakan
sedikitpun dari pengetahuan yang dihimpun di perpustakaan Bagdad. ( Http://id.wikipedia.org/wiki/bani_abbasiyah, dikutip
tanggal 1 Desember 2009 dalam Muh.
Asroruddin A. J (2009)).
Pada
masa pemerintahan Bani Abbasiyah, Islam mencapai puncak kejayaan (ke-emasan)
yang ditandai dengan masa ekspansi kedaerah-daerah yang sangat luas,integrasi
dan kemajuan dibidang ilmu dan sains. Ilmu pengetahuan dipandang sesuatu yang
sangat penting dan mulia. Para khalifah dan para pembesar pemerintahan membuka
kesempatan seluas-luasnya untuk kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Hasilnya ilmu pengetahuan daulah Islamiyah pada masa ini lebih tinggi
kemajuannya dibanding masa sebelumnya. Gerakan membangun ilmu secara
besar-besaran dirintis oleh khalifahJa’far al-Mansur, setelah mendirikan kota Baghdad
dan menjadikannya sebagai ibu kota negara, Ia merangsang usaha pembukuan ilmu
agama,seperti fiqh, tauhid, hadits, tafsir dan ilmu lain seperti bahasa dan
sejarah. Adapun ahli tafsir yang termasyhur saat itu diantaranya ibnu Jarir Ath
Thabari dengan model tafsir bil ma’tsur sebanyak 30 juz, dan Abu Muslim
Muhammad bin Nashr al-Isfahany dengan model tafsir bir Ra’yi sebanyak 14 jilid.
(as-Shiddiqie,2000 : 245 dalam Muh. Asroruddin A. J (2009))
Pada
masa itu juga lahir para fuqaha (ahli fiqh) yang hingga sekarangmasih dianut
oleh masyarakat Islam, (Ensiklopedi Islam, 2002 : 134 dalam Muh.
Asroruddin A. J (2009)) yaitu;
a. Imam Abu Hanifah, yaitu Nu’man bin Tsabit bin
Zauthi,dilahirkan di Kufah tahun 80 H. Diantara kitab madzab Imam Abu Hanifah,
Fiqhul Akbar, Musnad Abu Hanifah, Washiyyatuhu Ii Binihi, danWashiyyatuhu Ii
Ashhabihi.
b.
Imam Malik,
yaitu Malik bin Anas bin Malik bin Abi Amir, lahir di Madinah tahun 93 H.
Kitab-kitab madzab Imam Malik diantaranya, Al-Muwatta’, Risalah Fil Wa’dhi,
Kitabul Masail.
c. Imam Syafi’i, yaitu Abu Abdullah Muhammad bin
Idris binAbbas bin Usman bin Syafi’i. Lahir 150 H di Ghaza provinsi
Askalan,Palestina dan pernah berguru pada Imam Malik. Diantara
kitab-kitabmadzab Imam Syafi’i adalah Kitabul Um, As-Sunnah al-Ma’tsur,
Ushul Fiqh, dan Musnad Asy-Syafi’i.
d. Imam Ahmad, yaitu Ahmad bin Hambal bin Hilal
az-Zahly asy-Syaibany. Lahir tahun 164 H. Kitab-kitab madzab Imam Ahmad
binHambal antara lain, al-Musnad fil Hadits, Kitab as-Sunnah, kitab Zuhud.
Pada perkembangannya, Ke-empat ahli fiqh tersebut disebut
sebagaiImam Madzab Empat (al-Mazahib al-Arba’ah) atau madzab fiqh sebagaialiran
pemikiran tentang hukum Islam yang penetapannya merujuk kepadaAl-Qur’an dan
Sunnah Nabi SAW.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar