Kamis, 01 Agustus 2013

Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Masa Rasulullah Dan Setelah Beliau Wafat



Ilmu pengetahuan dalam dunia Islam dimulai sejak diutusnya Rasulullah untuk menyampaikan risalah dan ajaran Islam kepada umat manusia. Seiring berjalannya waktu, para sahabat dan tabi’in mulai muncul dan dikenal masyarakat luas karena keilmuannya. Terlebih lagi ketika munculnya dinasti Umayyah dan Abbasiyah begitu pesatnya ilmu pengetahuan yang berkembangsaat itu, hingga banyak sekali ilmuan dan tokoh muslim yang menghasilkan produk-produk pemikiran yang brilian.Berikut ini akan dijabarkan secara singkat perkembangan ilmu pengetahuan sejak diutusnya Rasulullah sebagai sang penyampai risalah, hingga dinasti Abbasiyah yang telah menelurkan begitu banyak pemikir dan ilmuan muslim.
A.    Ilmu Pengetahuan Pada Masa Rasulullah dan Khulafaurrasyidin
Pada masa Rasulullah, ilmu pengetahuan lebih banyak berkembang dibidang ilmu-ilmu pokok tentang agama (ushuluddin), dan ilmu akhlak (moral). Akan tetapi ilmu – ilmu lainnya tetap berkembang walaupun tidak sepesat ilmu agama dan akhlak. Saat itu pun mulai terjadi proses pengkajianilmu yang lebih sistematis, diantaranya dasar-dasar ilmu tafsir yang dikembangkan oleh para sahabat Rasulullah. Jika kita flashback pada waktu sebelum Islam diturunkan, bangsa Arab dikenal dengan sebutan kaum jahiliyah. Hal ini disebabkan karena bangsa Arab sedikit sekali mengenal ilmu pengetahuan dan kepandaian yang lain. Keistimewaan mereka hanyalah ketinggian dalam bidang syair-syair  jahili yang disebarkan secara hafalan (Bernard Lewis, 1996: 25 dalam Muh. Asroruddin A. J (2009)). Dengan kenyataan itu, maka diutuslah nabi Muhammad SAW dengan tujuan untuk memperbaiki akhlak, baik akhlak untuk berhubungan dengan Tuhan maupun dengan sesama manusia. Demikian pula dalam masalah ilmu pengetahuan, perhatian Rasul sangat besar. Rasulullah SAW memberi contoh revolusioner bagaimana seharusnya mengembangkan ilmu. Diantara gerakan yang dilakukan Rasulullah SAW adalah
dengan menggiatkan budaya membaca, yang merupakan pencanangan dan pemberantasan buta huruf, suatu tindakan awal yang membebaskan manusia dari ketidaktahuan. Membaca merupakan pintu bagi pengembangan ilmu.Rasulullah SAW juga memerintahkan kepada para sahabatnya untuk menghafal ayat-ayat al-Qur’an. Dengan cara ini dapat menjaga kemurniandan juga media memahami ayat-ayat al-Qur’an. Disamping dengan hafalan, juga membuat tradisi menulis/ mencatat wahyu pada kulit, tulang, pelepahkurma dan lain-lain.(Sunanto, 2003:14-16 dalam Muh. Asroruddin A. J (2009)) Dengan bimbingan Nabi Muhammad SAW, telah mendorong semangat belajar membaca, menulis dan menghafal sehingga umat Islam menjadi umat yang memasyarakatkan kepandaian tulis-baca. Dengan semangat itulah, maka terbangun jiwa umat Islam untuk tidak hanya beriman tetapi juga berilmu, sehingga nantinya lahir sarjana-sarjana Islam yang ahli dibidangnya masing-masing. Dengan demikian dapat dimengerti , salah satu aspek dari peradaban adalah mengembangkan ilmu pengetahuan. Kalau pada masa Nabi danKhulafau ar-Rasyidin perhatian terpusat pada usaha untuk memahami Al-Qur’an dan Hadits Nabi, untuk memperdalam pengajaran akidah, akhlak,ibadah, mu’amalah dan kisah-kisah dalam Al-Qur’an, maka perhatian sesudah itu disesuaikan dengan kebutuahn zaman, tertuju pada ilmu-ilmu yang diperoleh dari bangsa-bangsa sebelum munculnya Islam.(Sunanto,2003:38 dalam Muh. Asroruddin A. J (2009)) Peradaban Islam memiliki tiga pengertian yang berbeda. Pertama, kemajuan dan tingkat kecerdasan akal yang dihasilkan dalam suatu periode kekuasaan Islam, mulai dari periode Nabi Muhammad Saw. sampai perkembangan peradaban Islam masa setelahnya. Kedua, hasil-hasil yang dicapai oleh umat Islam dalam lapangan kesusasteraan, ilmu pengetahuandan kesenian. Ketiga, kemajuan politik atau kekuasaan Islam yang berperan melindungi pandangan hidup Islam, terutama dalam hubungannya dengan ibadah-ibadah, penggunaan bahasa, dan kebiasaan hidup kemasyarakatan. (Munthoha, 1998:14 dalam Muh. Asroruddin A. J (2009)) Pertumbuhan ilmu pengetahuan telah terjadi sejak Rasulullah mendakwahkan agama islam, wahyu pertamanya yaitu surat Al – alaq ayat 1-5 bercerita tentang dasar – dasar ilmu pengetahuan, didalam wahyu tersebut terdapat perintah untuk membaca, Allah pun menegaskan bahwa hakikat ilmu datangnya dari Allah dan awalnya manusia tidak mengetahui apa – apa. Kata Iqra’ pada ayat ke-1 surat Al- alaq memiliki makna yang beragam, seperti menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu,membaca baik teks maupun bukan teks.
Selanjutnya pada zaman khulafaurrasyidin, pada masa ini sering disebut dengan masa klasik awal (650 – 690 M). Pada masa klasik awal ini,merupakan peletakan dasar-dasar peradaban Islam yang berjalan selama 40 tahun. Seperti yang telah dijelaskan diawal, bahwa diantara kemajuan yang dicapai dibidang ilmu pengetahuan dan sains pada masa ini adalah terpusat pada usaha untuk memahami Al-Qur’an dan Hadits Nabi, untuk memperdalam pengajaran akidah, akhlak, ibadah, mu’amalah dan kisah-kisah dalam Al-Qur’an. Akan tetapi yang perlu dicatat bahwa, pada masa initelah ditanamkan budaya tulis dan baca. Dengan budaya baca tulis maka lahirlah orang pandai dari para sahabat rasul, diantaranya Umar bin Khatabyang mempunyai keahlian dibidang hukum dan jenius pada ilmu pemerintahan, Ali bin Abi Thalib yang mempunyai keahlian dibidanghukum dan tafsir.Diantara ahli tafsir dimasa itu adalah khalifah yang empat (AbuBakar, Umar, Utsman dan Ali), Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas, Ubay IbnuKa’ab, Zaid Ibnu Tsabit, Abu Musa Al-’Asy’ari dan Abdullah bin Zubair.Dan dari kalangan khalifah empat yang paling banyak dikenal riwayatnyatentang tafsir adalah Ali bin Abi Thalib r.a.Ibnu Abbas adalah anak paman Rasulullah SAW, sekaligus muriddari Rasulullah. Ia dikenal sebagai ahli bahasa/penterjemah Al-Qur’an. Dia adalah sahabat yang paling pandai/tahu tentang tafsir Al-Qur’an. Diamempunyai biografi yang menunjukkan kebolehan ilmunya dan kedudukannya yang tinggi dalam hal penggalian secara mendalam tentang rahasia-rahasia Al-Qur’an.
B.     Perkembangan Ilmu Pengetahuan Pada Masa Daulah Bani Umayyah
Bani Umayyah atau Kekhalifahan Umayyah, adalah kekhalifahan Islam pertama setelah masa Khulafaur Rasyidin yang memerintah dari 661 sampai 750 diJazirah Arab dan sekitarnya; serta dari 756 sampai 1031 diKordoba ,Spanyol. Nama dinasti ini diambil dari nama tokoh Umayyah bin 'Abd asy-Syams, kakek buyut dari khalifah pertama Bani Umayyah, yaitu Muawiyah I. Masa ini sebagai masa perkembangan peradaban Islam, yang meliputi tiga benua yaitu, Asia, Afrika, dan Eropa. Masa ini berlangsung selama 90 tahun (661 – 750 M) dan berpusat di Damaskus. Pada masa ini perhatian pemerintah terhadap perkembangan ilmu pengetahuan sangat besar. Penyusunan ilmu pengetahuan lebih sistematis dan dilakukan pembidangan ilmu pengetahuan (Sunanto,2003 : 42 dalam Muh. Asroruddin A. J (2009)) sebagai berikut;
1. Ilmu pengetahuan bidang agama yaitu, segala ilmu yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits.
2. Ilmu pengetahuan bidang sejarah yaitu, segala ilmu yang membahas tentang perjalanan hidup, kisah dan riwayat.
3. Ilmu pengetahuan bidang bahasa yaitu, segala ilmu yang mempelajari bahasa, nahwu, sharaf dan lain-lain.
4. Ilmu pengetahuan bidang filsafat yaitu, segala ilmu yang pada umumnya berasal dari bangsa asing, seperti ilmu mantiq,kedokteran, kimia, astronomi, ilmu hitung dan ilmu lain yang berhubungan dengan ilmu itu.
Penggolongan ilmu tersebut dimaksudkan untuk mengklasifikasikan ilmu sesuai dengan karakteristiknya, kesemuanya saling bahu-membahu satu dengan yang lainnya, karena satu ilmu tidak bisa berdiri sendiri. Sehingga ilmu pengetahuan sudah menjadi satu keahlian, masuk kedalam bidang pemahaman dan pemikiran yang memerlukan sitematika dan penyusunan. Akan tetapi, golongan yang sudah biasa dengan keahlian ini adalah golongan non-Arab yang disebut Mawali. Sedangkan bangsa Arab disibukkan dalam pimpinan pemerintahan. Maka dapat kita ketahui tokoh-tokoh ilmu nahwu seperti Sibawaihi, Al-Farisy dan Al-Zujaj yang kesemuanya mawali. Demikian juga tokoh Hadits, seperti Al-Zuhry, AbuZubair Muhammad bin Muslim bin Idris, Bukhary dan Muslim.(Supriyadi,2008 :109 dalam Muh. Asroruddin A. J (2009)) Hal itu dapat dikatakan bahwa peradaban Islam pada masa itusudah bersifat internasional. Penduduknya meliputi puluhan bangsa,menganut bermacam-macam agama, yang kesemuanya disatukan dengan bahasa Arab.
C.    Perkembangan Ilmu Pengetahuan Pada Masa Daulah Bani Abbasiyah
Bani Abbasiyah atau Kekhalifahan Abbasiyah adalah kekhalifahan kedua Islam yang berkuasa diBagdad (sekarang ibu kotaIrak ). Kekhalifahan ini berkembang pesat dan menjadikan dunia Islam sebagai pusat pengetahuan dengan menerjemahkan dan melanjutkan tradisi keilmuan Yunani dan Persia. Kekhalifahan ini naik kekuasaan setelah mengalahkan Bani Umayyah dari semua kecuali Andalusia. Bani Abbasiyah dibentuk oleh keturunan dari paman  Nabi Muhammad yang termuda,Abbas. Berkuasa mulai tahun 750 dan memindahkan ibukota dari Damaskus ke Baghdad. Berkembang selama dua abad, tetapi pelan-pelan meredup setelah naiknya bangsa tentara-tentara Turkiyang mereka bentuk,Mamluk . Selama 150 tahun mengambil kekuasaan memintas Iran, kekhalifahan dipaksa untuk menyerahkan kekuasaan kepada dinasti-dinasti setempat, yang sering disebut amir atau sultan. Menyerahkan Andalusia kepada keturunan Umayyah yang melarikan diri, Maghreb dan Ifriqiya kepada Aghlabid dan Fatimiyah. Kejatuhan totalnya pada tahun 1258 disebabkan serangan bangsa Mongol yang dipimpin Hulagu Khanyang menghancurkan Bagdad dan tak menyisakan sedikitpun dari pengetahuan yang dihimpun di perpustakaan Bagdad. ( Http://id.wikipedia.org/wiki/bani_abbasiyah, dikutip tanggal 1 Desember 2009 dalam Muh. Asroruddin A. J (2009)).
Pada masa pemerintahan Bani Abbasiyah, Islam mencapai puncak kejayaan (ke-emasan) yang ditandai dengan masa ekspansi kedaerah-daerah yang sangat luas,integrasi dan kemajuan dibidang ilmu dan sains. Ilmu pengetahuan dipandang sesuatu yang sangat penting dan mulia. Para khalifah dan para pembesar pemerintahan membuka kesempatan seluas-luasnya untuk kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Hasilnya ilmu pengetahuan daulah Islamiyah pada masa ini lebih tinggi kemajuannya dibanding masa sebelumnya. Gerakan membangun ilmu secara besar-besaran dirintis oleh khalifahJa’far al-Mansur, setelah mendirikan kota Baghdad dan menjadikannya sebagai ibu kota negara, Ia merangsang usaha pembukuan ilmu agama,seperti fiqh, tauhid, hadits, tafsir dan ilmu lain seperti bahasa dan sejarah. Adapun ahli tafsir yang termasyhur saat itu diantaranya ibnu Jarir Ath Thabari dengan model tafsir bil ma’tsur sebanyak 30 juz, dan Abu Muslim Muhammad bin Nashr al-Isfahany dengan model tafsir bir Ra’yi sebanyak 14 jilid. (as-Shiddiqie,2000 : 245 dalam Muh. Asroruddin A. J (2009))
Pada masa itu juga lahir para fuqaha (ahli fiqh) yang hingga sekarangmasih dianut oleh masyarakat Islam, (Ensiklopedi Islam, 2002 : 134 dalam Muh. Asroruddin A. J (2009)) yaitu;
a.   Imam Abu Hanifah, yaitu Nu’man bin Tsabit bin Zauthi,dilahirkan di Kufah tahun 80 H. Diantara kitab madzab Imam Abu Hanifah, Fiqhul Akbar, Musnad Abu Hanifah, Washiyyatuhu Ii Binihi, danWashiyyatuhu Ii Ashhabihi.
b.      Imam Malik, yaitu Malik bin Anas bin Malik bin Abi Amir, lahir di Madinah tahun 93 H. Kitab-kitab madzab Imam Malik diantaranya, Al-Muwatta’, Risalah Fil Wa’dhi, Kitabul Masail.
c.   Imam Syafi’i, yaitu Abu Abdullah Muhammad bin Idris binAbbas bin Usman bin Syafi’i. Lahir 150 H di  Ghaza provinsi Askalan,Palestina dan pernah berguru pada Imam Malik. Diantara kitab-kitabmadzab Imam Syafi’i adalah Kitabul Um, As-Sunnah al-Ma’tsur, Ushul  Fiqh, dan Musnad Asy-Syafi’i.
d.    Imam Ahmad, yaitu Ahmad bin Hambal bin Hilal az-Zahly asy-Syaibany. Lahir tahun 164 H. Kitab-kitab madzab Imam Ahmad binHambal antara lain, al-Musnad fil Hadits, Kitab as-Sunnah, kitab Zuhud.
             Pada perkembangannya, Ke-empat ahli fiqh tersebut disebut sebagaiImam Madzab Empat (al-Mazahib al-Arba’ah) atau madzab fiqh sebagaialiran pemikiran tentang hukum Islam yang penetapannya merujuk kepadaAl-Qur’an dan Sunnah Nabi SAW.

Sumber:


Tidak ada komentar:

Posting Komentar